Senin, 25 November 2024

Cerita Haru Pasien Sembuh Corona di Balikpapan, Disambut Spanduk Selamat Datang

Koresponden:
Redaksi
Kamis, 9 April 2020 8:22

Spanduk Selamat Datang yang jadi saksi bisu kisah haru kepulangan Wahid, pasien sembuh corona di Balikpapan/ HO

“Kita lawan virusnya, bukan memususi orangnya. Mereka butuh motivasi dan itu adalah kewajiban kita semua,” ujar Unggul, salah satu Ketua RT di Balikpapan

DIKSI.CO, BALIKAPAPAN - Kisah haru terkait pasien corona datang dari Balikpapan, kota penyangga ibu kota negara (IKN) baru, Kalimantan Timur. 

Kisah datang dari seorang pasien sembuh corona, yakni Muhammad Wahid Herlambang. Wahid, biasa ia dipanggil, sudah dinyatakan sembuh usai jalani isolasi lebih 20 hari di RSUD Kanujoso Djatiwibowo, Balikpapan

Ia pun sudah lakukan dua kali tes swab dan hasilnya negatif. 

Kisah haru tersebut berkaitan dengan kepulangan Wahid ke kediamannya. Kesan kembali ke kampung, usai jalani isolasi corona, justru tak membuatnya dikucilkan masyarakat, tetapi justru sebaliknya. 

Saat pulang di kediamannya, dia sedikit heran ada spanduk ucapan selamat datang. Tak hanya itu, ada penyambutan warga meski kecil-kecilan.

“Di luar yang saya bayangkan di saat banyak media massa memberitakan penolakan dan pengusiran,” ujar Wahib penuh haru.

Informasi dihimpun, Penyambutan diinisiasi oleh Ketua RT dan pengembang perumahan tempat Wahib dan keluarga tinggal. Beberapa warga bersama lurah, personel Babinsa dan Babinkamtibmas tampak menunggu di depan gerbang Perumahan Sepinggan Pratama.

Tak ada raut emosi, apalagi wajah penolakan. Semua membaur, meski dengan jarak yang sudah diatur dan menggunakan masker, menyambut kepulangan seorang penyintas Covid-19.

“Meski dari balik masker, saya tahu itu sambutan penuh kehangatan dan kekeluargaan. Sesuatu yang membuat kita semangat lagi menghadapi bencana ini,” katanya.

Hal paling penting bagi seseorang yang terjangkit Covid-19, kata Wahib, adalah dukungan banyak pihak. Jika mental tidak siap, upaya untuk sembuh jadi semakin sulit. Bahkan bisa membangkitkan penyakit lain yang berisiko kematian.

“Perasaan saya sangat terharu karena warga-warga di sini sangat luar biasa, masya Allah, mereka memberikan dukungan kepada saya semenjak masuk isolasi,” katanya. (*) 

Muhammad Wahid Herlambang saat pulang dan disambut warga di sekitar tempat tinggalnya/ HO

Peran Ketua RT 

Sehari sebelum kepulangannya, Ketua RT bersama warga memasang spanduk di jalur utama menuju lingkungan mereka. Spanduk itu berisi ucapan selamat datang kepada Wahib, penyintas Covid-19.

“Selamat datang kembali Pak Wahib di lingkungan RT 47, mari bersama melawan Covid-19,” isi tulisan spanduk itu.

Ketua RT 47, Unggul Alamin, menyebut sengaja membuat spanduk untuk menyambut kepulangan warganya. Pemasangan spanduk dan penyambutan merupakan bentuk kesyukuran bersama atas kepulangan salah satu warga mereka yang sudah sembuh.

“Ini bentuk kesyukuran kami atas kepulangan beliau saja, pak” kata Unggul.

Soal ketakutan, Unggul menyebut warganya sudah memahami Covid-19. Edukasi yang penting soal virus ini menjadi kekuatan bersama untuk mencegah penularannya. 

“Alhamdulillah tidak ada ketakutan dari warga, semua menerima dengan terbuka dan menjadi motivasi kita semua untuk terus mempertahankan pola hidup sehat dan mencegah penyebaran Covid-19,” tambahnya.

Dia pun berharap seluruh warga ikut bersama-sama mencegah penularan Covid-19 dengan mengikuti himbauan dari pemerintah. Jaga jarak fisik, hingga selalu memakai masker di luar rumah adalah kewajiban bersama.

“Kita lawan virusnya, bukan memususi orangnya. Mereka butuh motivasi dan itu adalah kewajiban kita semua,” ujar Unggul.(*) 

Sempat Stress 

Saat kepulangan Wahid, di gerbang rumah, ia disambut dua anak laki-lakinya yang masih kecil. Dua buah hati menggandeng tangan Wahib kanan dan kirinya menuju pintu rumah.

Di pintu rumah, pelukan hangat datang dari anak perempuannya yang masih remaja. Istrinya lalu menyambut dan ikut memeluk sambil menangis haru.

Dahaga rindu yang tertahan selama lebih 20 hari tertuntaskan. Tangisan dan senyuman kembali menghiasi rumah mereka.

Menjadi pasien pertama di Kota Balikpapan yang dinyatakan terjangkit Covid-19 sebenarnya tak semudah dibayangkan. Ada tekanan mental yang begitu kuat, terutama dari warganet yang membanjiri komentar tanpa pengetahuan memadai.

Muhammad Wahid Herlambang saat pulang dan disambut warga di sekitar tempat tinggalnya/ HO

Hal ini pula yang dirasakan Muhammad Wahib Herlambang saat pertama kali diisolasi. Hal itu wajar, mengingat edukasi soal Covid-19 masih sangat kurang.

“Setelah dinyatakan positif itu rumah saya sempat direkam oleh warganet kemudian disebarkan, dibumbui dengan komentar macam-macam. Tekanan mentalnya begitu luar biasa,” katanya.

Dia bersyukur kini sudah bisa melewati itu semua. Hampir setiap saat Wahib berkomunikasi dengan istrinya untuk saling memotivasi.

“Saya minta untuk tidak dulu membuka grup-grup whatsaap, untuk menghindari tekanan mental dari luar,” ungkap Wahid

Wahib tidak mengerti siapa pelaku penyebar video itu. Namun kejadian itu sempat viral dan menjadi tekanan besar dalam proses isolasinya.

“Saya bilang sama istri waktu itu, kita tidak boleh kalah. Ibarat pertandingan, kita harus menang 5-0,” ungkap Wahib. (tim redaksi Diksi) 

 

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews