DIKSI.CO, SAMARINDA - Ketua DPRD Kaltim Makmur HAPK blak-blakan terkait proses Pergantian Antar Waktu (PAW) dirinya di kursi ketua dewan.
Itu ia sampaikan saat berbincang bersama tim redaksi di Kafe Ropang Plus, Jalan Remaja Samarinda, Selasa (13/9/2022).
Apa saja yang disampaikan Makmur HAPK kami buat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan serta apa jawaban yang ia berikan.
Disampaikan Makmur, ia berterima kasih atas adanya putusan Pengadilan Negeri (PN) Samarinda, yang ia anggap sudah sesuai dengan jalur.
"Saya terima kasih kepada para hakim yang telah melihat yang sebenarnya. Kenapa saya membuat ini (gugatan)? Harapan saya agar persoalan hukum ini tidak tajam ke bawah tumpul ke atas. Ini terjadi kepada saya. Saya orang kampung kok," ujarnya.
"Saya mengingatkan saja, dan jabatan itu amanah dan kapan pun akan berakhir kok. Saya biasa-biasa saja, makanya saya enjoy saja," ucapnya.
Makmur pun juga heran, apa kesalahan hingga dirinya harus di-PAW. Pasalnya, sejak menjadi Ketua DPRD Kaltim, semua kewajiban sebagai anggota partai maupun ketua dewan sudah ia penuhi.
"Saya ditunjuk jadi Ketua DPRD (Kaltim) 1 September 2019. Semua kewajiban saya penuhi. Kondisi Golkar aman saja. Bahkan kepengurusan Rudy, saya berpartisipasi," ujarnya.
"Ada namanya kegiatan-kegiatan sosial, saya ikut, Tak pernah saya menghitung-hitung," ujarnya.
Ia pun menyampaikan bahwa, sudah kerap kali dirinya dizalimi, tetapi Makmur berpegangan untuk tetap berjiwa besar dengan tetap menomorsatukan Golkar.
Salah satunya, adalah ketika ia legowo untuk tak maju sebagai Ketua DPD Golkar Kaltim, dan legowo jabatan itu jatuh pada Rudy Masud.
"Buat apa kita ribut? Ini (jabatan Ketua) bukan izin tambang, bukan emas, Orang yang pimpin organisasi ini, bukan hanya cukup kaya (harta) saja, tetapi juga harus kaya hati," katanya.
"Ditetapkan, Ketua DPD I adalah Rudy dan Ketua Harian adalah saya. Bahkan saya diminta untuk sambutan. Kami berangkulan dan sebagainya," ucapnya.
Dalam prosesnya, meski tak menjadi Ketua DPD Golkar Kaltim, Makmur yang saat itu menjadi Ketua Harian Golkar, sebut dirinya masih tetap akan berpartisipasi untuk Partai Beringin.
Makmur juga saat itu, sempat mempersilakan Rudy jika ingin maju sebagai calon gubernur Kaltim.
"Saya sampaikan Pak Rudy, Anda jangan ragu. Karena saya 37 tahun (di Golkar). Bahkan saya ngomong, Anda (Rudy) (mau) jadi gubernur. Saya ngomong Adinda (Rudy) mau jadi gubernur silakan. Saya tak berminat. Saya ngomong. Saya ngomong, enggak pernah saya (bilang) saya tak setuju," ujarnya.
Menjabat sebagai Ketua DPRD Kaltim, Makmur HAPK sebenarnya sudah merasa ada hal-hal yang sepertinya ingin menepikannya dari Golkar. Salah satunya saat dirinya hadir dalam salah satu acara Golkar di Kukar.
"Saya pernah menghadiri acara (Golkar) di Kutai Kartanegara. Itu musyawarah memilih Hasan sendiri. Saya hadir di sana, hanya disuruh mengheningkan cipta. Yang membuka pidato bukan saya. Hasan sendiri (membuka pidato), Rudy tak ada di tempat. Kan harusnya saya, saya kan Ketua Harian. Itu gejala-gejalanya," ucapnya.
"Termasuk ruangan saya sudah tak ada. Itu di Golkar itu. Tidak ada lagi. Bahkan saya sempat memfoto, tak ada foto saya. Itu saya berpikiran positif saja. Itu saya enggak mau ngomong. Baru saya ngomong ini," ucapnya.
Sempat merasa seperti dibuang ke sampah
Kesan terdzalimi oleh anak-anak muda di Golkar, Makmur tak ingin membicarakan itu lebih lanjut.
"Saya tidak berani mengatakan ada yang kuwalat sama saya. Yang jelas Tuhan itu tidak tidur. Saya tidak mau berandai-andai. Yang jelas saya sangat menyayangkan kalau ada kader yang mau merusak partai. Kita ini sama sama kader, seharusnya tidak diperangi seperti ini," ucapnya.
Dalam proses PAW ini, Makmur juga akui ada anggapan dirinya tak dihargai dalam proses jabatan di DPRD Kaltim. Itu ia sampaikan kepada fraksi-fraksi Golkar di DPRD Kaltim.
"Bahkan di DPRD (Kaltim) sendiri sangat menyayangkan. Kenapa bisa seperti itu. Saya bahkan diam saja, tapi sewaktu-waktu saya melawan. Saya sampaikan saya dibuang ke sampah loh. Karena Anda (teman-teman fraksi di Golkar) sampai tidak pernah berkomunikasi dengan saya, itu saya kepada teman Golkar. Saya sempat marah, dan sesekali begitu. Ada juga temen yang coba dekati saya, bahkan mendekati saya sambil memeluk dan menangis-nangis. Saya katakan biarpun kita tidak meminta sesuatu yang Allah pasti akan memberikan sesuatu kepada orang yang mendzolimi," ujar Makmur HAPK.
Makmur juga beri pesan, merunut pada pengalamannya selama 37 tahun bersama Golkar. Yakni mengelola partai tak sama seperti mengelola perusahaan.
"Partai ini kan juga membutuhkan rakyat, bukan suatu perusahaan yang memerintah. Itu adalah gambaran-gambarannya. Saya itu selama di partai selalu kumpul dan meminta pendapat. Di partai tidak bisa sendiri, kita butuh orang lain walaupun uang kita banyak. Perlu senior di dalam partai minimal yang mengetahui bagaimana cara berorganisasi yang baik. Golkar ini didirikan untuk menyelamatkan bangsa," katanya. (tim redaksi)