DIKSI.CO - Pemkot Samarinda dibawah kepemimpinan Wali Kota Samarinda Andi Harun bersama Wakilnya Rusmadi menjadi objek penelitian oleh Tim Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB).
Hal itu tak terlepas dari keberhasilan pembangunan Samarinda dalam menerapkan program Smart City dan Transformasi Digital.
“Penelitian dengan tema Menciptakan Organisasi Publik yang “Agile” (Lincah/Tangkas) melalui Transformasi Digital memilih Pemkot Samarinda dengan pertimbangan karena salah satu dari pemerintah kota yang mengikuti Program Gerakan Smart City pertama, yakni pada tahun 2017 termasuk pemerintah kota yang sangat aktif dan konsisten dalam menjalankan program-program tranformasi digital. Kami yakini dengan konsistensi ini telah membawa keberhasilan dalam pembangunan didukung transformasi digital,” ujar salah tim peneliti dosen SBM-ITB Dedy Sushandoyo, saat melakukan wawancara kepada Andi Harun, Selasa (26/9/2023) lalu.
Dedy mengatakan, setelah beberapa tahun menerapkan Program Smart City dan telah melakukan beberapa evaluasi, tentunya menjadi hal menarik untuk melihat bagaimana transformasi digital mengubah pelayanan publik dan birokrasi di lingkungan Pemkot Samarinda.
“Untuk itulah, Samarinda dinilai sangat cocok sebagai studi kasus penelitian ini,” ucap Dedy yang didampingi Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Samarinda Suparmin yang ditugaskan mendampingi selama penelitian di kota Samarinda dari 25 September hingga 25 Oktober 2023.
Dedy menyampaikan hasil dari penelitian ini berupa tulisan akademik (academic paper) yang rencana ditujukan untuk jurnal internasional Q2/Q1. Lebih lanjut, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Kota Samarinda terkait dengan transformasi digital yang telah, sedang dan terus dilakukan.
Sementara dalam wawancaranya, Andi Harun diantaranya menyampaikan, perubahan dunia menuntut kemudahan, kemurahan dan keprimaan sektor layanan semakin tidak bisa dihindari.
“Kemajuan negara-negara di dunia terhadap transformasi, teknologi informasi telah membuka pelajaran bagi kita ternyata salah satu faktor kemajuan negeri itu saat kita mampu melakukan adaptasi terhadap kemajuan teknologi,” kata Andi Harun mengawali wawancaranya.
Ia mengatakan banyak negara dan daerah yang telah melakukan lebih dulu implementasi terhadap digital transformasi membuktikan daerah itu memiliki daya saing yang cukup tinggi.
Hampir membuktikan pelayanan mereka terutama pelayanan publik menjadi lebih transparan, akuntabel dan berdampak luar biasa diantaranya kecepatan efisiensi dan efektifitas terhadap primanya pelayanan publik.
Ditanya aplikasi yang telah sukses pelaksanaanya, Andi Harun menyampaikan cukup banyak yang telah membawa keberhasilan di kepemimpinannya.
“Pertama yang saya bisa cerita adalah semacam base praktis ya, transformasi digital di Samarinda secara langsung memberi efek di sektor pendapatan daerah. Tidak banyak daerah yang keluar dari covid sampai paskanya itu mampu melakukan peningkatan di sektor pendapatan. Saya masih pegang teori lama bahwa pemerintah itu ada praktek kebocoran baik disengaja maupun tidak disengaja. Dan kalau disengaja ada itu di moral ya. Tapi kalau tidak disengaja bisa jadi karena sistem, terjebakkan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa semulia-mulianya manusia kalau terjebak dalam sistem yang tidak baik memungkinkan untuk menjadi jelek. Pelajaran klasik itu ya saya praktekkan secara sederhana dari awal,” terangnya.
Ia mengemukakan keberhasilan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Samarinda.
“PAD yang saya terima pertama itu dari wali kota yang lama Rp 380 miliar. Berkat inovasi berbasis teknologi informasi, hari ini kita sudah punya Rp 770 miliar. APBD dari tadinya Rp 2,2 triliun, sekarang sudah pada angka Rp 4,9 triliun. Jauh sekali,” tegas Andi Harun.
Ada juga aplikasi Santer di sektor layanan publik, di bidang pemerintahan wilayah-wilayah yang rawan korupsi dalam pengangkatan jabatan dibuat merit system, begitu pula di layanan social dibuatkan kartu SSN (sosial security number) dan lainnya.
“Kalau kita bicara soal digital transformasi, kita lihat daerah-daerah bagus, memotivasi kita, tapi kalau enggak konsisten jadi yang paling penting adalah komitmen pimpinan. Itu syarat pertama dulu. Biar bapak ini mau, kalau saya enggak komit nggak dukung dia, nggak bisa jalan. Jadi syarat pertama faktornya adalah komitmen pimpinan,” tegasnya.
Ia mengatakan pula transformasi itu tidak hanya maunya pemerintah, tapi juga kemampuan mengedukasi, mensosialisasikan melek digital di tingkat masyarakat.
“Apalagi, apalah gunanya Kantor Kelurahan digital kalau masyarakat belum melek digital, makanya namanya transportasi digital, karena tidak hanya dari pemerintah tapi juga masyarakat kita biasakan,” pungkasnya . (*)