DIKSI.CO, SAMARINDA - Pemasangan Dermaga Apung oleh Dishub Samarinda di Loa Kumbar membawa manfaat signifikan bagi masyarakat setempat sebelumnya dermaga tersebut hanya terbuat dari kayu dan tidak layak keamanannya.
Kepala Seksi Prasarana Sungai Dishub Samarinda, Herwinata menyatakan bahwa sebelumnya, warga mengandalkan batang apung dengan risiko tinggi, tetapi kini berbagai aktivitas menjadi lebih mudah, termasuk bongkar muat barang dan penyandaran kapal.
Keputusan pemilihan konstruksi apung menjadi langkah cerdas karena pengerjaannya lebih cepat, bahannya awet, tahan lama, dan memiliki garansi.
"Kubus apung memiliki daya tahan benturan yang tinggi, mencapai sekian ratus kilo, membuatnya mampu bertahan hingga 10-15 tahun dengan pemakaian wajar," kata Herwinata saat dihubungi via telepon beberapa waktu lalu.
Sistem kubus apung mulai menjadi pilihan utama di Indonesia, mengungguli ponton besi yang memiliki proses pengerjaan yang lama dan memerlukan perhitungan konstruksi yang lebih rumit, seperti yang diungkapkan oleh Herwinata.
Herwinata menjelaskan bahwa keunggulan sistem kubus apung tidak hanya terletak pada kecepatan pengerjaannya, tetapi juga kemampuannya menyesuaikan diri dengan pasang surut air sungai.
"Hal ini menjadi solusi ideal untuk wilayah seperti Loa Kumbar di Samarinda. Dermaga yang menjorok ke sungai sejauh 8 meter memberikan keleluasaan dalam menghadapi perubahan tinggi air. Kubus yang dapat naik turun memungkinkan penyesuaian tinggi dan rendah air, dengan kemampuan perbaikan yang cepat jika ada keluhan," ucapnya.
Pemasangan Dermaga Apung di Loa Kumbar tidak hanya memberikan keamanan akses sungai yang lebih baik, tetapi juga membuka potensi pengembangan wilayah pinggiran.
Loa Kumbar, yang selama ini terpinggirkan dan minim pembangunan, kini mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Samarinda.
Loa Kumbar, terletak di Kelurahan Loa Buah, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda, adalah daerah pinggiran yang jarang diketahui.
Selama puluhan tahun, daerah ini terpinggirkan dan berjalan tanpa pembangunan memadai.
"Meski berbatasan langsung dengan Kukar, seperti Loa Janan Ilir, Makroman, Palaran, Suryanata, dan Sungai Siring, Loa Kumbar memiliki status perbatasan yang tidak berada di akses utama.
Kondisi ini membuat keberadaannya tidak termonitor, dan jalanannya rusak serta tidak cukup bagus untuk dilewati, mendorong warga setempat untuk lebih memilih lewat jalur sungai,"jelasnya.
Sebelum pemasangan Dermaga Apung, kondisi dermaga di Loa Kumbar tidak memadai dan bahkan berisiko, terutama saat air surut sulit diakses oleh warga.
Namun, berkat kebijakan Pemerintah Kota Samarinda, melalui Dinas Perhubungan, sejak November lalu, dermaga tersebut kini menjadi lebih aman dengan menggunakan pijakan kubus apung.
Proses pengerjaan dermaga dimulai pada tanggal 14 November dan berhasil diselesaikan dalam waktu sekitar 26-30 hari, meskipun masa kontraknya 35 hari.
Herwinata melaporkan bahwa masyarakat setempat sangat senang dengan perubahan ini, bahkan mengundang mereka untuk berpartisipasi dalam acara syukuran.
"Penggunaan kubus apung tidak hanya meningkatkan keamanan akses sungai, tetapi juga memfasilitasi berbagai kegiatan, seperti bongkar muat barang, dan memudahkan kapal untuk bersandar,"pungkasnya.
Keberhasilan proyek ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi infrastruktur seperti Dermaga Apung dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat di daerah terpinggirkan seperti Loa Kumbar. (redaksi)