DIKSI.CO, SAMARINDA - Aktivitas pematangan lahan yang berbuntut pengerukan emas hitam di Jalan Joyo Mulyo II, RT 38, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara tepatnya di seputar Bendungan Benanga kini menjadi sorotan.
Sebab aktivitas galian batu bara berkedok pematangan lahan itu disebut-sebut sabagai penyebab sendimentasi Bendungan Benanga. Akibatnya tentu kepada warga di hilir bendungan yang selalu merasakan musibah banjir ketika Kota Tepian memasuki musim penghujan.
Menelisik izin pematangan lahan tersebut, saat media ini mengkonfirmasi Lurah Lempake, Nurharyanto menuturkan kalau pihaknya belum tidak mendapatkan pemberitahuan kegiatan tersebut.
"Izin itu engga ada (izin pematangan lahan), saya engga pernah tahu. Koordinasi dengan kelurahan juga tidak ada. Ini tim lagi dilapangan melakukan pengecekan bersama aparat, tapi saya belum tahu hasilnya karena masih di luar," jelas Nurharyanto, melalui telpon selulernya.
Hal senada terkait perizinan aktivitas pematangan lahan pun diutarakan Kepala Dinas Pertanahan Samarinda, Syamsul Komari. Kepada media ini, Syamsul menyampaikan dirinya selama ini tak pernah menandatangani izin khusus di areal Bendungan Benanga.
"Saya selama ini tidak pernah tanda tangan pematangan lahan di dekat waduk (Bendungan Benanga). Terkecuali mereka mengurus izinnya lain sama kami, kan engga tahu. Bisa aja terjadikan," urainya.
Tidak pernahnya Syamsul memberi izin aktivitas di dekat Bendungan Benanga disebabkan ia mengetahui betul, kalau wilayah utara Samarinda ini memiliki peran vital sebagai area resapan air.
"Di situ daerah resapan dan daerah lindung. Hal yang sama juga pernah kami tolak, seperti di daerah Selili. Karena masuk dalam RTH (Ruang Terbuka Hijau), kawasan lindung dan BPBD juga mengumumkan kalau daerah itu masuk kawasan rawan bencana," bebernya.
Dengan demikian, Syamsul nantinya tidak akan diam begitu saja. Terlebih setelah ia mendapatkan laporan adanya aktivitas pematangan lahan yang terjadi begitu dekat dengan Bendungan Benanga.
"Kami akan koordinasikan, karena itu lebih besar kepada dampak lingkungannya. Besok (Kamis 11 Februari) saya akan turun melakukan pengecekannya," pungkasnya.
Diwartakan sebelumnya, dari hasil pantauan media ini di ujung Jalan Joyo Mulyo II, RT 38, terlihat dua ekskavator dengan dua mobil pengawas berada di atas lahan yang telah terkupas. Beberapa pekerja pun saat itu nampak beristirahat.
Tumpukan emas hitam pun tampak berserakan, meski tak ada yang menggunung. Lokasi ini sejatinya berada begitu dekat dengan pemukiman warga dan hanya berjarak ratusan meter dari Bendungan Benanga.
Karena dekatnya aktivitas tersebut, tentu menjadi salah satu penyumbang dampak pengurangan daya tampung debit air Bendungan Benanga. (tim redaksi Diksi)