Waspada! Ancaman Penyakit Demam Berdarah, Kenali Waktu Beraksi Nyamuk Aedes Aegypti
DIKSI.CO – Berita Nasional yang dikutip DIKSI.CO tentang waspada terhadap ancaman (DBD).
Salah satu penyakit yang tergolong sangat mematikan diantaranya penyakit demam berdarah (DBD), yang disebabkan gigitan Nyamuk Aedes Aegypti pada tubuh manusia.
Nyamuk Aedes Aegypti atau nyamuk demam berdarah (DBD) memiliki perilaku mengigit pada pagi dan sore hari. Masyarakat pun diharapkan bisa waspada terhadap ancaman DBD, apalagi di tengah pandemi covid-19.
Menurut Ahli Infeksi dan Pedriati Tropik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A (K), nyamuk menggigit antara jam 10 sampai jam 12 siang.
Gigitan nyamuk DBD bisa menyerang semua kelompok umur dan saat ini kecenderungan menyerang kelompok usia remaja.
“Dia senangnya gigitnya pada pagi hari, day biters, jadi antara jam 10 sampai jam 12 di masa anak-anak lagi sekolah. Kadang-kadang kenanya di situ. Sama sebelum Magrib, jam 4 sampai jam 5 sore,” ujar dr. Mulya pada saat dialog di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta.
Ia menekankan bahwa pada umumnya, upaya yang bisa dilakukan ialah pencegahan dengan 3M. “Yang penting, membersihkan tempat berkembang biaknya di air bersih,” tuturnya.
Penting juga untuk memerhatikan tempat-tempat yang bisa menjadi wadah nyamuk berkumpul. Misalnya, tempat genangan air di rumah tangga seperti pot-pot bunga, sebaiknya rutin dikeringkan.
“Minimal satu kali dilakukan, satu kali seminggu dengan menguras bak mandi, 3M tadi, itu memutuskan dari nyamuk jentik menjadi dewasa,” paparnya.
Demam pada anak perlu diwaspadai para orang tua karena kondisi ini adalah salah satu gejala DBD. Sebab, panas tinggi menunjukkan infeksi virus tinggi di dalam tubuh penderita.
Suhu badan anak bahkan bisa mencapai angka 40 derajat. Apabila menemui kondisi ini, penderita harus menjaga air mineral yang diminumnya, jangan sampai anak mengalami dehidrasi.
“Awasi asupan minum, kedua awasi buang air kecilnya, normal biasanya kalau cukup asupan cairannya, dia 4 sampai 6 jam harusnya buang air kecil, dan awasi aktivitasnya,” ucapnya.
Namun, apabila gejala semakin memburuk seperti muntah terus menerus dan tidak buang air lebih dari 12 jam, maka perlu lebih berhati-hati. Dalam kondisi ini, penderita harus segera mendapatkan perawatan medis.
Berbeda dengan gejala covid-19 yang saat ini masih terjadi penularan, lebih ke sistem saluran napas atas. Sedangkan gejala pada DBD, ini lebih demam dan pendarahan kulit yang perlu diwaspadai, seperti mimisan, gusi berdarah, atau memar.
Sementara itu, gejala penderita DBD biasanya mengalami panas mendadak, terkadang disertai wajah yang merah, nyeri kepala, nyeri di belakang mata, muntah-muntah, dan biasanya bisa disertai pendarahan.
“Itu yang tidak ada pada covid-19, pendarahan spontan, mimisan, gusi berdarah, atau timbul bintik-bintik merah di kulit, itu bisa terjadi,” pungkasnya.
Bahaya lain dapat diamati melalui gejala berupa sakit perut, letargi atau lemas, pendarahan spontan, pembesaran perut, hati dan ada penumpukan cairan. Dr. Mulya menekankan, penderita yang mengalami kondisi tersebut bisa berdampak pada fase kritis. (*)
Artikel ini telah tayang di medcom.id dengan judul “Waspadai Gigitan Nyamuk DBD di Tengah Pandemi” https://www.medcom.id/rona/kesehatan/8KyX2y2k-waspadai-gigitan-nyamuk-dbd-di-tengah-pandemi